Sunday, August 22, 2010

Kemarahan Sang Dewata.

Disini  telah tiada penantian
bahkan rayuan seperti bueh bueh
lewat ditebing sungai
tak tergapai olehnya
kemanusian


Kemarahan terus memuncak
kemurkaan bagainya Sang Petir
membedil apa saja
dimatamu dihatimu

Matamu....
dengan keayuan yang punah
lesu dibumi tuhan
rebah kerna kerakusan

Mentari menjadi saksi
bahawa kemurkaan ini kian berulang
membakar bumimu dan lautan
dengan kejam
Itu kebinasaan............



4 comments:

Abu Amirul said...

salam ramadhan tuan panglima,
blog yang sungguh menarik dan kreatif.
harap sudi kunjungi http://askamakalikada.blogspot.com dan sudi menjadi follower.

perjalanan pulang said...

salam saya sudah kunjungi anda

Anonymous said...

Aslmkm.
Bila Tuhan murka,
memungkinkan segala bencana
semua HakNYA
itu memang JanjiNYA
bukan kezalimanNYA
manusia sendiri mengundang binasa
menzalimi diri mereka.

Sajer teringat zaman jiwang2 sewaktu suka berkias berbahasa puitis ... yg kekadang sendiri pun tak faham! :)

perjalanan pulang said...

Saya pun cam tulah.. dulu pakai nama pena Adisma... puas hantar kat Utusan Malaysia... Entah masuk bakul mana pun tak tahu. Sekarang nak tulis cantik cantik pun susah... tak ada perasaan kut

TUBUH YANG DURHAKA

 Salam, Manusia ini kalau terlalu sangat rasa sakit, dia akan hilang sabar. Marahnya bagai tak mengenal tuhan dan mula merapu dana cakap yan...